Senin, 25 Juni 2012

perbedaan kopi arabica dan robusta


  1. Kopi Robusta
    Rasanya cenderung “strong” (lebih kuat), lebih pahit dan tidak seharum kopi Arabica. Kopi Robusta lebih cocok untuk kebanyakan lidah orang Indonesia, juga kandungan kafein yang lebih kuat dibandingkan kopi Arabica.


    Pohon robusta merupakan tanaman yang tumbuh pada ketinggian rendah (permukaan laut sampai 600 meter), cocok ditanam di Lampung Barat, tahan pada kelembaban dan lebih tahan terhadap penyakit dibandingkan kopi Arabica
    Kopi Arabika
    Ciri Kopi Arabika yang membuatnya khas adalah aromanya yang wangi sedap mirip percampuran bunga dan buah, juga aroma kopi Arabica ketika dipanggang, persis seperti aroma buah atau madu. Saat menikmati kopi Arabika di lidah, ada rasa asam yang tidak dimiliki kopi robusta, rasa asam inilah yang membuat kopi Arabica terasa khas di lidah, namun kurang cocok bagi kebanyakan orang Indonesia. Rasa kopi arabica lebih halus dan lebih ringan karena kadar kafeinnya lebih rendah, ini yang membuat pecinta kopi Robusta kurang menyukai kopi Arabica, karena rasanya yang kurang “nampol” di lidah.
    Kopi Arabica adalah jenis biji tertua dan merupakan yang paling banyak dibudidayakan, akuntansi untuk 74 persen dari biji yang ditanam di dunia. Kopi Arabika tumbuh pada ketinggian antara 600 dan 1.800 meter di atas permukaan laut dan memerlukan waktu enam sampai sembilan bulan untuk menjadi biji yang matang.
  2. Nah, berikut adalah sedikit rangkumat tentang perbedaan kopi Arabica dan Robusta dari berbagai sumber:
    Dari segi rasa kopi Robusta lebih pahit dan aromanya tidak seharum kopi Arabica. Bagi pecinta kopi yang mencari sensasi aroma segar dan rasa yang lebih manis memang kopi Arabica adalah pilihan yang tepat akan tetapi kopi Robusta akan tetap menjadi favorit mereka yang lebih menyukai rasa kopi yang lebih kental sekaligus memburu kandungan kafein di dalam kopi yang mereka minum.
    Jumlah kafein yang terkandung di dalam kopi Robusta telah terbukti dua kali lebih banyak di banding kandungan kafein di dalam kopi Arabica.

    • Fragrance (wangi kopi sebelum diseduh)
      Kopi Arabica cenderung mengeluarkan wangi seperti rempah herbal dan floral (wangi rempah dan floral adalah tipikal untuk kopi arabica dari Jawa dan Aceh, saya tidak menyebutkan kopi Arabica dari luar negeri karena saya belum pernah mencoba, aroma arabica dari luar negeri bahkan juga bisa mengeluarkan wangi seperti berry, nutty, dll selain wangi herbal dan floral tersebut).
    • Kopi Robusta cenderung mengeluarkan wangi seperti chocolate, woody (kayu) atau earthy (bau tanah;tipikal kopi Sumatera). Jadi bisa dikatakan kopi arabica lebih wangi daripada robusta.
    • Acidity (keasaman) Arabica lebih tinggi daripada robusta, karena faktor inilah orang Indonesia kurang menyukai kopi arabica. Kopi Arabica Memiliki rasa asam yang tidak dimiliki kopi robusta
    • Body / Mouthfeel Arabica lebih rendah daripada Robusta. Rasa kental saat disesap di mulut inilah yang membuat Robusta disukai penikmat kopi di Indonesia, bahkan Nescafe Indonesia pada produknya turut mencampurkan robusta pada produk mereka karena kebiasaan lidah Indonesia.
    • Nescafe di luar negeri 100% arabica kecuali pada produk tertentu yang telah dicantumkan informasi blendingnya, selain itu kopi Robusta juga dibutuhkan oleh cafe-cafe atau pengolah kopi untuk dijadikan campuran pada produk mereka.
    • Bitterness (tingkat kepahitan) Robusta lebih pahit dibandingkan arabica. Namun terkadang bitterness juga dipengaruhi oleh faktor tingkat kematangan hasil goreng. Akan tetapi bila digoreng pada tingkat kematangan yang sama, tetap saja robusta lebih pahit daripada arabica.
    • Pohon kopi Arabica termasuk sulit tumbuh dan membutuhkan perhatian yang lebih banyak di bandingkan jenis pohon kopi lainnya. Pohon kopi jenis ini sangat rentan terhadap hama dan penyakit serta terpengaruh oleh kondisi perubahan temperatur dan kondisi tanah. Saat memanennya pun harus di lakukan secara teliti dan di harus di petik secara manual. Beberapa faktor tersebut menyebabkan harga kopi Arabica menjadi mahal.
    • Sebaliknya, Pohon Kopi Robusta di lain pihak sangat bertolak belakang dengan kopi Arabica. Pohon kopi Robusta di kenal lebih toleran terhadap kondisi iklim dan lebih tahan terhadap serangan penyakit dan hama. Kopi Robusta juga bisa di tanam di dataran rendah dengan suhu yang lebih hangat. Faktor-faktor di atas lah yang menyebabkan produksi kopi ini lebih banyak di bandingkan kopi Arabica. Harga kopi ini di pasaran pun lebih murah karena memang ongkos produksinya lebih murah.

Asal Mula Kopi Luwak

Kopi Luwak adalah seduhan kopi menggunakan biji kopi yang diambil dari sisa kotoran luwak/musang kelapa. Biji kopi ini diyakini memiliki rasa yang berbeda setelah dimakan dan melewati saluran pencernaan luwak. Kemasyhuran kopi ini di kawasan Asia Tenggara telah lama diketahui, namun baru menjadi terkenal luas di peminat kopi gourmet setelah publikasi pada tahun 1980-an. Biji kopi luwak adalah yang termahal di dunia, mencapai USD100 per 450 gram.

Asal mula Kopi Luwak terkait erat dengan sejarah pembudidayaan tanaman kopi di Indonesia. Pada awal abad ke-18, Belanda membuka perkebunan tanaman komersial di koloninya di Hindia Belanda terutama di pulau Jawa dan Sumatera. Salah satunya adalah bibit kopi arabika yang didatangkan dari Yaman. Pada era "Tanam Paksa" atau Cultuurstelsel (1830—1870), Belanda melarang pekerja perkebunan pribumi memetik buah kopi untuk konsumsi pribadi, akan tetapi penduduk lokal ingin mencoba minuman kopi yang terkenal itu. Kemudian pekerja perkebunan akhirnya menemukan bahwa ada sejenis musang yang gemar memakan buah kopi, tetapi hanya daging buahnya yang tercerna, kulit ari dan biji kopinya masih utuh dan tidak tercerna. Biji kopi dalam kotoran luwak ini kemudian dipunguti, dicuci, disangrai, ditumbuk, kemudian diseduh dengan air panas, maka terciptalah kopi luwak.[1] Kabar mengenai kenikmatan kopi aromatik ini akhirnya tercium oleh warga Belanda pemilik perkebunan, maka kemudian kopi ini menjadi kegemaran orang kaya Belanda. Karena kelangkaannya serta proses pembuatannya yang tidak lazim, kopi luwak pun adalah kopi yang mahal sejak zaman kolonial.
Luwak, atau lengkapnya musang luwak, senang sekali mencari buah-buahan yang cukup baik dan masak termasuk buah kopi sebagai makanannya. Dengan indera penciumannya yang peka, luwak akan memilih buah kopi yang betul-betul matang optimal sebagai makanannya, dan setelahnya, biji kopi yang masih dilindungi kulit keras dan tidak tercerna akan keluar bersama kotoran luwak. Hal ini terjadi karena luwak memiliki sistem pencernaan yang sederhana, sehingga makanan yang keras seperti biji kopi tidak tercerna. Biji kopi luwak seperti ini, pada masa lalu hingga kini sering diburu para petani kopi, karena diyakini berasal dari biji kopi terbaik dan telah difermentasikan secara alami di dalam sistem pencernaan luwak. Aroma dan rasa kopi luwak memang terasa spesial dan sempurna di kalangan para penggemar dan penikmat kopi di seluruh dunia
.